Potensi usaha budi daya ikan air tawar, khususnya nila, semakin
menggiurkan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk
dan kenaikan konsumsi ikan. Pada tahun 2020, penduduk dunia
diperkirakan berjumlah 7,5 miliar jiwa terdiri atas 6,3 miliar jiwa
penduduk tinggal di negara berkembang dan 1,2 miliar jiwa
penduduk tinggal di negara maju. Setiap tahun terjadi pertambahan
93 juta jiwa penduduk dunia meliputi 97,5% pertambahan penduduk
di negara berkembang dan 2,5% di negara maju. Di Indonesia,
jumlah penduduk pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 261 juta
jiwa dan tahun 2025 menjadi 273 juta jiwa. Pertambahan penduduk
jelas membutuhkan pertambahan pangan, termasuk produksi ikan
air tawar.
![]() |
Budidaya Ikan Nila |
Sektor kelautan dan perikanan diandalkan untuk mendukung
ketahanan pangan di Indonesia, bahkan dunia. Berdasarkan laporan
Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization
atau FAO) menyatakan bahwa produk perikanan merupakan sumber protein hewani yang universal, tidak menimbulkan penyakit,
mencerdaskan, dan menyehatkan. Data FAO mencatat bahwa sejak
rahun 2011, untuk pertama kalinya produksi perikanan budi daya
dunia telah melampaui produksi daging sapi.
Pengalaman menunjukkan, pada tahun 2012, produksi perikanan
budi daya dunia telah mencapai 66 juta ton. Jumlah itu rnelebihi
produksi daging sapi yang hanya 63 juta ton. Potensi produk
perikanan di kawasan samudra Pasifik akan menjadi alternatif untuk
ketahanan pangan dunia. Sebanyak dua pertiga atau 70% produk
perikanan terdapat di kawasan Asia Pasifik mampu menghidupi
sedikitnya 357 juta pembudidaya ikan skala kecil.
Pada tahun 2018 diperkirakan produksi ikan air tawar dapat menyalip produksi perikanan tangkap. Bahkan, pada tahun 2021, Kebutuhan ikan air tawar diperkirakan mencapai 172 juta ton, naik lebih dan 15% dan kebutuhan rata-rata selama ini. lndonesi sebagai
negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar merupakan pasar potensial untuk produk perikanan. Konsumsi kan per kapita
Indonesia masih rendah apabila dibandingkan dengan konsumsi penduduk negara berkembang lainnya.
Dalam lima tahun terakhir tingkat konsumsi ikan per kapita di
Indonesia secara berturut-turut sebanyak 28,00 kg (tahun 2008), kemudian meningkat menjadi 29,08 kg (2009) 30,48 kg (2010)
2,25 kg (2011), dan mencapai 33,89 kg (2012). Konsumsi ikan per
kapita per tahun tersebut masih di bawah Hongkong yang sudah mencapai 80 kg, Singapura 70 kg, Taiwan 65 kg, Jepang 110 kg,
Korea Selatan 85 kg, Malaysia 45 kg, dan Thailand 35 kg.
Perikanan budi daya merupakan salah satu komponen yang penting disektor perikanan. Usaha ini juga mampuberperan dalam menunjukkan persediaan pangan nasional, penciptaan lapangan kerja, sebagai sumber pendapatan, dan penerimaan negara dari ekspor. Pada waktu yang akan datang, sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan kesadaran akan kecukupan gizi, diperkirakan tingkat konsumsi ikan terus meningkat, termasuk konsumsi ikan nila.
Kelayakan usaha budi daya ikan nila ditunjukkan berdasarkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Usaha budi daya ikan nila
memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat, antara lain:
- Penyediaan lapangan kerja, bukan hanya bagi petani ikan, tetapi juga para pihak lain yang terkait, seperti pedagang ikan, buruh, usaha pengangkutan dan lain-lain.
- Sumber pendapatan keluarga dan pihak-pihak lain yang terkait.
- Meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDRB) Pemerintah Daerah, baik melaluì peningkatan volume produksì maupun perluasan pasar.
- Sumber penerimaan devisa negara melalui penjualan, baik dalam bentuk fillet segar maupun fillet beku ke pasar luar negeri (ekspor).
- Usaha ¡ni juga memiliki kaitan ke hulu (backward linkage), yaitu pada usaha pembuatan pakan ikan, pupuk buatan, dan budi daya pembenihan. Di samping itu, juga memiliki kaitan ke hilir (forward linkage), seperti pada usaha perdagangan ikan, jasa pengangkutan, rumah makan, jasa rekreasi pemancingan, pengolahan fillet ikan, dan sebagainya.
Berdasarkan aspek sosial dengan tersedianya sumber protein yang
terjangkau, maka secara tidak langsung usaha budi daya ikan nila
juqa bermanfaat untuk memperbaiki gizi masyarakat. Di samping
itu, dengan menciptakan lapangan kerja, budi daya ikan nila ini
dapat mengurangi tingkat pengangguran, yang pada akhirnya juga
berdampak pada penanggulangan kemiskinan dan kerawanan sosial.
Hal ini memberikan isyarat bahwa pengembangan
budi daya ikan nila yang dikelola secara agribisnis cukup prospektif
dan menguntungkan. Keuntungan usaha budi daya ikan nila:
- Pangsa pasar sangat luas. Ikan nila dapat dijual di pasar domestik maupun Internasional. Di dalam negeri, permintaan pasarnya tetap tinggi, namun pasokannya masih rendah. Hal ¡ni terjadi juga dengan pasar internasional, sehingga menjadi peluang yang sangat baik untuk dimanfaatkan.
- Harga jual lebih tinggi daripada biaya produksi. Misalnya, pada budi daya ikan nila dalam Keramba Jiaring Apung, Anda tidak perlu mengeluar kan biaya pakan karena dapat memanfaatkan pakan sisa.
- Cara budi daya sangat mudah. Budi daya ikan nila mulai dan pembenihan hingga pembesaran tidak sulit karena dapat memijah secara alami cukup ditebar di kolam.
- Tahan banting. Ikan nila mudah beradaptasi dengan lingkungan, dan serangan penyakit. Ikan ini dapat dipelihara di air payau dan laut asalkan diadaptasikan terlebih dahulu.
Setiap tahun, permintaan terhadap ikan nila terus naik. Ikan nila tidak hanya diminati penikmat kuliner lokal, tetapi juga dari luar negeri, terutama Amerika Serikat (AS). Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan nila pada umumnya berukuran dibawah 500gram/ekor. Sementara itu, kebutuhan pasar ekspor dominan dalam bentuk fillet.
Salah satu strategi dan pendekatan untuk meningkatkan
produktivitas dan produksi adalah dengan inovasi unggulan, yaitu
mengembangkan jenis-jenis (strain) ikan nila unggul, peningkatan
teknologi budi daya, dan pengolahan hasil. Keunggulan jenis (strain)
ikan nila unggul yang dilepas (dirilis) oleh Kementerian Kelautan
dan Perikanan R.I adalah pertumbuhan yang cepat (bongsor),
bobot ikan berkisar antara 300 - 1.000 gram/ekor (tergantung lama
pemeliharaan), produktif menghasilkan telur, turunannya dominan
berkelamin jantan (monoseks), tahan penyakit, struktur dagingnya
tebal, dan daya adaptasi yang luas terhadap berbagai lingkungan
(ekosistem) perairan, baik di perairan tawar maupun tambak hingga
perairan laut pada kadar salinitas < 30 ppm (part per million).