Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan beberapa dan beberapa danau di Afrika. Ikan nila berasal dari istilah Nile atau
‘sungai Nil’ mulai dari Syria, di utara hingga Afrika timur, sampai
ke Kongo dan Liberia yaitu tersebar dari sungai Nil (Mesir), Danau
Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula, budi daya ikan
nila telah berlangsung sejak peradaban Mesir purba.
Secara alami, ikan nila melakukan migrasi dan habitat aslinya di sungai
Nil di Uganda (bagian hulu sungai Nil) ke arah selatan melewati danau
Raft dan Tanganyika hingga ke Mesir (sepanjang sungai Nil). Ikan nila
juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat. Populasi ikan nila
banyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Chad dan Nigeria. Melalui
campur tangan manusia, ikan nila telah menyebar ke seluruh dunia,
mulai dan benua Afrika, Amerika, Eropa, Australia, hingga Asia.
Di kawasan Asia, pengembangan ikan nila menjadi perhatian Filipina
dan Tiongkok. Di Filipina, budi daya ikan nila secara intensif melalui
seleksi genetik dan perbaikan strain unggul berlangsung selama
50 tahun yang dipusatkan di Luzon. Strain ikan nila unggul yang
dihasilkan Filipina adalah nila merah dan nila hitam hibrida (nila GIFT).
Selanjutnya, ikan nila meluas dibudidayakan di Taiwan, Thailand,
Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia.
Pada tahun 1993, Amerika Serikat menobatkan ikan nila sebagai
ikan super abad ke-21, yaitu Superfish for the 21 st Century. Dalam
perkembangannya, ikan nila sudah dibudidayakan di lebih dari 85
negara yang tersebar ke negara-negara berikIim tropis dan subtropis.
Pada wilayah beriklim dingin ikan nila tidak dapat hidup dengan
baik.
Ikan nila mulai dikembangkan di Malaysia pada tahun 1969 dan
telah tersebar meluas di beberapa daerah, terutama di kawasan
sawah atau padi. Di Taiwan ikan nila disebut "Wu-Kuo" yang diperkenalkan pada tahun 1946. Ikan nila menjadi komoditas
yang penting di Taiwan, baik untuk pasaran dalam negeri maupun diekspor ke Jepang dan Amerika. Di Tiongkok, ikan talapia disebut
“Luofei”, berdasarkan dan tempat asal ikan ini, yaitu Nil dan Afrika
(Nuluo dan Feizhou dalam bahasa Tiongkok).
Di Filipina ikan nila disebut “pla-pla”. Pada tanggal 11 Januari 2008, lembah Cagayan dijadikan pusat ikan nila Filipina. Kebanyakan ikan nila yang dibudidayakan di negara ini adalah dari spesies ikan nila biru (Oreochromis aureus).
Di Arab Saudi, ikan nila ikan nila disebut “bolty”, sementara di Kenya dikenal dengan negara "ngege".
Ikan nila masuk perairan Indonesia pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar), Bogor pada tahun 1969. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jenderal Perikanan tahun 1972.
Pada tahun 1975, didatangkan ikan nila hibrid, hasil persilangan T. nilotica dan T. mossambica dari Taiwan. Pada tahun 1981, ikan nila merah diintroduksi dari Filipina. Selanjutnya, pada tahun 1988—1999 didatangkan Parent Stock ikan nila Chitralada dari Thailand, namun tidak berkembang. Ikan nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) pada waktu itu merupakan varietas baru dari jenis ikan nila yang dikembangkan oleh ICLARM di Filipina.
Pada tahun 1994, Balitkanwar kembali mengintroduksi ikan nila
GIFT strain G3 dan Filipina dan ikan nila Citralada dan Thailand.
Secara genetik, ikan nila GIFT telah terbukti memiliki keunggulan
pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis ikan nila lain. Salah satu perusahaan swasta nasional,
CP Prima, mengintroduksi ikan nila merah NIEl (National Inland
Fishery Institute tahun 2000), dan juga ikan nila GET (Genetically
Enhanched Of Tilapia) dan Filipina (tahun 2001).
Pada tahun 2002, Balai Pengembangan Benih ikan (BPBI) Wanayasa
memperoleh famili ikan nila GET yang diintroduksi dan Filipina oleh
Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat melalui Bureau of Fisheries
and Aquatic Research (BFAR). Pada tahun yang sama, BBAT iambi
memasukkan ikan nila JICA dan iepang dan nila merah Citralada
dan Thailand. Selanjutnya, pada tahun 2003, BPBI Wanayasa
melakukan kerjasama dengan para pakar perikanan dan tim ahil Tilapia Broodstock Centre (TBC), untuk menyusun dan melaksanakan
program pengelolaan serta seleksi ikan nila guna mempertahankan
dan memperbaiki kualitasnya.
Sejak pertama kali ikan nila didatangkan, sejak itu pula budi daya ikan nila dimulai di perairan Indonesia. Kemampuan ikan nila
dalam beradaptasi dengan lingkungan baru menjadikan ikan ini
mudah menyebar dan menjadi primadona dalam dunia budi daya
perairan, khususnya perairan tawar di hampir seluruh wilayah
nusantara. Penyebaran ikan nila yang sangat cepat didukung dengan
kecepatannya bereproduksi menjadikan perkembangan ikan ini tidak
terkontrol.
Dampak negatifnya adalah banyak terjadi silang dalam (inbreeding),
yang brkaibat pada menurunnya kualitas genetik ikan. Selanjutnya performa ikan dapat menurun, baik dari sisi pertumbuhan, daya tahan terhadap penyakit, maupun kemampuan beradaptasi terhadap perubahan Iingkungannya. Untuk mengantisipasi menurunnya menurunnya kualitas ikan nila, program-program pemuliaan, termasuk program untuk menghasilkan jenis atau strain ikan nila unggul digalakkan.